Kesulitan Adalah Mata Uji

doan

 

kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kami-lah, kelian akan dikembalikan.” (Al-Anbiyah : 35)

Kesulitan atau kemudahan merupakan realita hidup yang pasti akan kita hadapi. Hal ini sudah merupakan ketetapan takdir yang telah tercatat dalam Lauhul Mahfuzh. Sebagai manusia, kita berkewajiban melakukan yang terbaik, yaitu mencari jalan-jalan kemudahan dan menghindari pintu-pintu kesulitan. Untuk itu kita perlu memahami factor-faktor yang menimbulkan kesulitan hidup. Hal ini sangat penting agar kita bias menyikapi kesulitan-kesulitan itu sesuai situasi dan kondisianya.

Berikut ini beberapa faktor kesulitan hidup, antara lain:

  1. 1. Kesulitan sebagai ujian keimanan

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan saja mengatakan, ‘kami telah berfirman,’padahal meraka belum diuji? Dan sungguh kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, agar Allah mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang yang berdusta.” (Al-Ankabut : 2-3)

Pengakuan lisan ternyata tidak cukup untuk membuktikan kualitas keimanan seseorang. Misalnya ada yang berkata, “kami ini orang shalih. Kami orang baik. Kami tidak akan berbuat buruk. Percayalah kepada kami!” perkataan seperti itu tidak bisa begitu saja dipercaya, tetapi butuh bukti kongkrit untuk membenarkan ucapan tersebut. Betapa banyak lisan yang berkata dalam keshalihan, tetapiperbuatan pemiliknya menampakkan kejahatan. Begitu juga dengan keimanan. Betapa orang banyak berkata, “kami beriman dan bertaqwa kepada Allah,” tetapi prilaku mereka tidak membuktikan ucapannya. Oleh karena itu diperlukan ujian untuk membuktikan keteguhan iman seseorang.

Suatu saat, mungkin kita akan mengalami peristiwa- peristiwa yang tidak menyenangkan, misalnya jatuh sakit, gagal panen, kesempitan ekonomim, kehilangan barang, ditipu oleh orang lain, mengalami penghinaan, dikucilkan, dll. Semua itu merupakan musibah yang tak menyenangkan. Tetapi jika tetap istiqomah beribadah kepada Allah, tidak mengurangi ketaatan dan rasa syukur kepada-Nya, berarti kita telah lolos dari ujian iman. Hikmahnya yang akan muncul sesudah itu ialaha meningkatkan derajat keimanan kita, dan Allah akan melimpahkan nikmat-nikmat lain sebagai ganti kenikmatan semula yang telah hilang.

Dalam Al-Qur’an dinyatakan, “Jika kalian bersykur, Aku akan menambahakan (nikmat-Ku) kepada kalian. Namun jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), (maka ketehuilah) siksa-Ku sangatlah pedih,” (Ibrahim : 7)

 

  1. 2. Kesulitan sebagai resiko perjuangan

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Apakah kalian mengira akan begitu saja masuk surge, padahal belum dating kepada kalian cobaan-cobaan seperti (yang menimpa) orang-orang sebelum kalian? Mereka tertimpa kesengsaraan, kesempitan dan diguncang (oleh cobaan-cobaan), hingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman yang bersamanya, ‘kapankah datangnya pertolongan Allah?’ Ketahuilah, sesungguhnya (setelah semua cobaan) pertolongan Allah sudah dekat.” (Al-baqarah : 214)

Contoh terbaik penjelasan terhadap ayat ini ialah sejarah perjuangan Rasullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam nemengakkan ajaran Islam. Selama 13 tahun di Mekkah, Rasullah dan para sahabatnya menghadapi cobaan yang sangat berat. Di antara mereka ada  yang disiksa, disakiti, diusir, hingga ada yang dibunuh. Keluarga Yasir Radhiallahu Anhum termasuk muslim generasi pertama yang mendapatkan syahid ketika mempertahankan keyakinannya. Bilal bin Rbah, Khabbab bin ‘Arat, Mush’ab bin Umair, dan lainnya, termsuk deretan para sehabat yang mengalami siksaan fisik luar biasa. Rasullullah dan para sahabat mengalami berbagai kenyataan pahit, baik secara fisik maupun mental. Tidak kurang, keluarga Bani Hasyim pernah diboikot selama 3 tahun oleh masyarakat Quraisy karena melindungi jiwa Rasullullah.

Atas semua perlakuan ini, Rasullullah masih menempuh berbagai cara yang memungkinkannya untuk menyampaikan dakwah. Mulai dari menyampaikan nasehat kesabaran, menganjurkan agar budak-budak Muslim dibebaskan sehing tidak disiksa lagi oleh tuannya, mengirimkan rombongan hijrah ke Habasyah (Ethiopia), berdakwah ke kampung Thalif, memohon perlindungan, dan sebagainya. Berbagai kesulitan beliau alami, hingga bentuk kesulitan paling berat, yaitu ketika istri beliau, Khadijah binti Khuwailid, dan paman beliau, Abu thalib, meninggal dunia sebelum Islam merahi kemenangan. Khadijah meninggal sebagai wanita Mukminah yang selalu mendukung perjuangan suaminya, lahir dan batin.

Setelah melewati masa-masa sulit, Allah membukakan kemenangan atas perjuangan Rasulullah yaitu diterimanya ajaran Islam di Kota Yatsrib, yang kemudian namanya diubah menjadi Kota Madina. Jika di Mekkah Rasulullah menghadapi tekanan-tekanan hebat, maka tunduknya Madinah kepada Islam tidak melalui pertumpahan darah sedikitpun. Inilah salah satu bukti dari janji Allah bahwa pertolongan-Nya sangat dekat.

Perjuangan  pasti menuntut kesabaran, sebab tidak ada perjuangan yang mudah. Orang-orang beriman sangat menyadari resiko perjuangan. Bahkan orang-orang kafir pun menyadari kenyataan itu. Mereka berjuang keras untuk meraih kemenangan di bidang pangan, pendidikan, kesehatan, teknologi, informasi, kebudayaan, politik, sampai militer. Tidak terhitung jumlah manusia patriotik yang telah berkorban demi kenyamanan hidup anak-cucu mereka.

Negara Jepang dewasa ini dikenal sebagai raksasa teknologi, industri, dan perdangan. Gerakan bisnis Jepang sangat mengkhawatirkan negara-negara maju di Amerika, Eropa, dan Asia sendiri. Padahal jika dilihat dari sisi luas wilayah, kekayaan tambang, atau kenyamanan iklim, Jepang bukan negara yang idieal. Tetapi pengorbanan orang-orang bersemangat mengejar ketertinggalan teknologi dari negara Barat. Di sana dikenal istilah Harakiri, yaitu bunuh diri membela perut sendiri. Perbuatan ini dilakukan jika seseorang gagal mencapai tujuan. Tentu saja, bunuh diri seperti itu haram ditiru, tetapi cukuplah kita memahami bahwa bangsa Jepang di masa lalu telah bekerja mati-matian untuk mendapatkan kejayaan ekonomi bagi anak-cucu mereka sekarang.

  1. 3. Kesulitan terjadi karena kemalasan

Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda, “Dan siapa yang lambat amal perbuatannya, maka dia tidak akan dipercepat oleh (keunggulan) nasabnya (garis keturunan). (HR. Al-Bukhari-Muslim)

Di antara sebab kesulitan ialah kemalasan. Kemalasan bersumber dari lemahnya jiwa dan dorongan hawa nafsu. Seseorang merasa berat untuk melakukan sesuatu yang baik, sedang dirinya lebih menyukai kesenangan-kesenangan. Ketika waktunya belajar, dia pergunakan untuk bermain; ketika saatnya menabung, dia habiskan uang untuk jajan; ketika saatnya membangun karir, dia lebih suka keluyuran tak tentu arah; ketika saatnya khusyuk dalam ibadah, dia justru tenggelam dalam perbuatan sia-sia. Sempatan dan kekuatan yang semestinya dipakai untuk merahi kebaikan, justru dihambur-hamburkan tak jelas tujuannya. Jika seseorang melalui proses seperti ini di kemudian hari hidupnya menderita, maka hal itu merupakan akibat yang dia buat sendiri. Tidak ada yang lebih patut disesali, selain masa muda yang disia-siakan, kesempatan yang dibuang-buang serta rezki yang dihambur-hamburkan. Kepada Allah kita memohon perlindungan dari sifat malas dan berbagai keburukan yang bersumber darinya. Amin.

Tidak mengherankan jika dalam salah satu doanya, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memohon, “Ya Allah, Aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan rasa malas.” (HR. Albukhari)

  1. 4. Kesulitan terjadi karena kemaksiatan

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan siapa yang mengerjakan satu dosa, maka sesungguhnya dia mengerjakan satu dosa itu untuk (kerugian) dirinya sendiri.” (An-Nisaa : 111)

Banyak orang merasa bebas berbuat dosa, sebab dosa-dosa itu akibatnya tidak terlihat secara langsung. Jika dosa serupa penyakit yang langsung terasa di tubuh, mungkin banyak orang akan berpikir ulang sebelum berbuat dosa. Dampak yang tidak tampak ini membuat banyak orang merasa ringan melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah. Padahal, setiap dosa berdampak buruk terhadap pelakunya di dunia dan akhirat. Jika kadar dosa seseorang masih ringan, ia masih dihapuskan dengan istigfar. Tetapi jika kadar dosa itu sudah mematikan hati, maka balasan bagi pelakunya ialah bencana yang sangat berat. Contoh manusia yang menerima hukuman berat akibat dosa-dosanya ialah Bani Israil.

Dalam Al-Qur’an diceritakan,

“Lalu ditimpakan kepada mereka kenistaan dan kehinaan, serta meraka mendapatkan memurkaan Allah. Hal itu terjadi karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi secara tidak hak. Dan yang demikian itu (terjadi) karena mereka selalu durhaka dan melampaui batas.” (Al-Baqarah : 61)

Ayat ini memberikan penjelasan ganda tentang kesalahan-kesalahan Bani Isaril. Mula-mula dijelaskan bahwa mereka telah mengingkari ayat-ayat Allah, lalu mereka membunuh secara zhalim para Nabi yang diturunkan ke tengah-tengah mereka. Dua kesalahan ini merupakan contoh dosa besar Bani Israil dalam sejarahnya. Kemudian disebutkan kesalahan merekan secara umum, yait selalu berbuat maksiat dan melampaui batas. Akibatnya, mereka tertimpa siksa yang sangat berat, yaitu kenistaan, kelemahan, dan kemurkaan Allah, Na’udzubillah min dzalik.

Jika perpuatan dosa dilakukan oleh satu orang, hal itu membuatnya gelisah. Lalu bagaimana jika dosa-dosa tersebut dilakukan oleh puluhan, ratusan, ribuan, hingga jutaan manusia? Jika demikian keadaanya, maka kehidupan suatu kaum (bangsa) akan diliputi dengan kesusahan- kesusahan. Apa yang selama ini menimpa bangsa Indonesia berupa bencana alam dan bencana kemanusiaan, semua itu merupakan peringatan besar dari Allah, jika kita mau merenunginya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Akan tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka karena perbuatannya.” (Al-A’raf : 96)

Demikianlah beberapa faktor penyebab kesulitan hidup. Kesulitan yang kita alami rata-rata tidak keluar dari empat kemungkinan di atas. Ada kalanya kesulitan timbul sebagai ujian keimanan, sebagai resiko perjuangan, sebagai dampak kemalasan, atau sebagai akibat perbuatan dosa.

Selanjutnya, kita tinggal merenungi apa yang selama ini terjadi di sekitar kita. Lihatlah situasi sekililing, lalu pikirkan sejernih mungkin, kira-kira faktor apa yang menyebabkan kesulitan-kesulitan itu muncul? Apakah ia ujian iman, resiko perjuangan, kemalasan, atau kerena maksiat? Kita perlu memahami faktor tersebut secara tepat, lalu menyesuaikan diri dengannya. Jangan sampai terjadi, kesulitan karena cobaan iman kita anggap sebagi adzab dari Allah, sebaliknya, kesulitan karena perbuatan dosa, kita anggap sebagai resiko perjuangan.

Apa pun faktor penyebabnya, melakukan perbaikan diri secara sungguh-sungguh, tidak pernah merugikan atau menimbulkan penyesalan. “Maka barang siapa yang takut (kepada Allah) dan melakukan perbaikan, tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.” (Al-A’raat : 35)

Wallahu a’lam

Leave a comment